Luar biasa!!!
Mungkin ini ungkapan yang paling pas untuk diberikan kepada manajemen SMP Negeri 1 Nubatukan (Spensa Nubatukan) atas terobosan dan inovasi hebat dalam menyukseskan program Belajar Dari Rumah (BDR) selama masa transisi Juli - September 2020 mendatang.
RADIO EDUKASI, SPENSA FM, 99.9 Mhz.
Adalah sebuah inovasi sekolah yang sangat luar biasa dan patut diberikan apresiasi. Sebuah inovasi cerdas yang lahir dari sebuah refleksi, tentang betapa sulitnya menjalankan program Belajar Dari Rumah (BDR) pada periode Maret -Juni 2020 lalu, ketika covid 19 mulai merebak, dan semua sekolah harus ditutup.
Berikut wawancara eksklusif media TerasEdu.Com bersama Kepala SMPN 1 Nubatukan, Melky Muda Making, S.Pd.
TE : Radio Sekolah, atau Radio Pendidikan, atau Radio Pembelajaran atau Radio Edukasi...luar biasa. Ini inovasi cerdas yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan Spensa Nubatukan, di tengah kegelisahan publik tentang prediksi adanya cluster baru covid 19, yang datang dari dunia pendidikan. Bisa diceritakan sejarahnya, Pak?
Kepsek Spensa:
Saya berangkat dari hasil refleksi kami terhadap pembelajaran BDR pada periode Maret - Juni 2020 lalu. Saat itu, kita (guru dan murid) sangat kaget dan juga shock, ketika pembelajaran di sekolah harus dihentikan dan segera dipindahkan ke rumah. Murid belajar di rumah, begitu pula guru mengajar dari rumah.
Selain kaget, kita harus jujur, bahwa kita sangat tidak siap. Ketidaksiapan kita di sini tentu dalam kaitan dengan mengajar jarak jauh/dari rumah yang sama sekali tidak pernah kita lakukan sebelumnya, dan lebih dari pada itu, terkait penguasaan teknologi informatika (IT) sebagai pendukung suksesnya BDR pun belum dikuasai 100% oleh para guru maupun murid kita.
Ini baru dari sisi kompetensi sumber daya manusianya. Belum lagi dari sisi sarana atau tools yang digunakan seperti android, laptop atau notebook,misalnya. Data kita menunjukan bahwa tidak semua siswa kita, 743 anak ini memiliki android pribadi. Sekitar 300an anak punya android pribadi, 200an anak punya akun media sosial, berarti mereka bisa mengakses dari warnet atau pun handphone/android milik orang tua, dan 200an anak sama sekali tidak memiliki sarana apa-apa.
Tentu, kenyataan ini harus diperhatikan secara serius oleh pihak sekolah. Sebab prinsipnya, apapun itu alasan dan kondisinya, semua anak wajib mendapatkan akses layanan pendidikan yang sama.
Dari hasil refleksi dan evaluasi kita di atas, disimpulkan bahwa BDR pada periode Maret - Juni 2020 di sekolah kita masih jauh dari kata sukses. Masih harus dievaluasi kembali, diperbaiki, hingga munculkan inovasi baru apa yang bisa menjangkau seluruh siswa kita tanpa ada sekat atau batasan.
Dari sinilah kita kemudian berpikir, bahwa Radio Edukasi atau Radio Pendidikan adalah jawaban yang paling tepat untuk menyukseskan BDR di masa transisi Juli - September 2020.
TE : Prosedur apa saja yang telah ditempuh pihak sekolah sampai nantinya radio ini akan beroperasi?
Saya kira dari awal kita sudah berkoordinasi dengan dinas teknis kita, dinas PKO dan juga Dinas Kominfo Kabupaten Lembata yang memayungi lembaga siaran publik, termasuk radio edukasi. Sebab bicara siaran radio edukasi tentu ada regulasinya.
Proposal telah kita layangkan, dan bersama Kepala Dinas PKO Kabupaten Lembata, radio edukasi ini akan diresmikan terlebih dahulu oleh Bapak Bupati Lembata, sebelum mengudara untuk mencerdaskan anak-anak bangsa di tanah ini.
TE: Bagaimana teknis pengoperasiannya, pak? Apakah penyiar atau presenternya diambil dari kalangan para guru di Spensa sendiri, atau bisa juga dari luar?
Kalau tentang siapa yang menyiar, tentu saat ini adalah para guru Spensa Nubatukan. Karena memang radio edukasi ini milik Spensa Nubatukan. Dan ini bukan radio komersial, melainkan edukasi. Jadi perutukan dan pemanfaatnya jelas.
Tetapi juga tentu tidak menutup kemungkinan, andai ke depan, barangkali radio edukasi ini oleh daerah bisa dilihat manfaat dan sisi baiknya, apalagi di masa covid 19 seperti sekrang, tentu kita akan sangat terbuka.
Prinsipnya, semua anak-anak sekolah di Kabupaten Lembata, khususnya Spensa Nubatukan, wajib mendapatkan akses layanan pendidikan yang memadai, murah, tidak membebankan, kreatif, meskipun itu dari rumah.
TE: Bagaimana dengan sistem kerja atau lebih tepatnya manajemen siaran ini didesain, sehingga ada hubungan interakasi sosial antara guru dan peserta didik dari rumah? Kira-kira bisa dijelaskan seperti apa, pak?
Manajemennya nanti seperti ini. Semua tim kita, para guru kita, saat ini sedang bekerja keras, cepat dan profesional untuk merampungkan Modul Pembelajaran bagi para peserta didik kita selama satu semester ini. Jadi modulnya untuk Juli - Desember 2020.
Di dalam modul itu, tidak hanya saja berisi materi dan kompetensi dasar yang mau dicapai, tapi juga harud ada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), test hingga try out yang harus tersaji secara baik dsn benar.
Nah, modul ini nanti akan kita gandakan dan dibagikan ke tangan siswa. Di rumah, siswa sudah punya bahan belajar yang baik. Di sekolah, setiap harinya, para guru akan mulai mengajar secara terjadwal melalui siaran radio. Anak-anak memantau dan mengikuti pembelajaran dari rumah.
Menariknya adalah, kemasan pembelajaran nanti akan sangat menghibur bagi dunianya mereka. Ada lagu-lagu yang diputar, ada puisi-puisi yg dibacakan hingga ada atensi untuk saling mendoakan dan menghibur antar guru dan siswanya.
Lebih dari itu, radio kita nanti dikemas ke dalam dua versi, yakni online dan offline. Berarti anak-anak kita yang punya android bisa memantau radionya secara audio-visual, sementara yang hanya punya nokia biasa (bukan android) tetap bisa mengikuti pembelajaran meski melalui audio saja.
TE: Mengapa harus radio, pak Kepsek?
Pertama, murah. Radio sangat murah. Tidak butuh pulsa data. Bisa diakses dari handphone bukan android dan dari mana saja. Kedua, radio tidak tergantung pada jaringan internet. Kapan saja radio akan terus mengudara, dan pembelajaran kita tetap berjalan. Intinya, posisi bateri pada handphone anak selalu tersedia, maka persoalannya tidak ada. Atau, orang tua bisa membeli satu buah radio monitor yang murah dan dipakai untuk seterunyam
TE: Bagaimana dengan pembelajaran daring di Spensa, pak Kepsek. Apakah dengan adanya radio edukasi milik sekolah, model pembelajaran daring lainnya tidak dipakai?
Saya kira tidak begitu. Justru, hari Kamis, 16 Juli sampai dengan Sabtu, 19 Juli 2020, kita akan mengadakan BIMTEK Teknologi Informatika bagi seluruh guru kita. Bimtek ini tentu akan sangat mendukung penerapan model daring bagi guru di dalam komunikasi dan interaksinya dengan siswa kita.
Guru harus bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswanya melalui aplikasi meeting virtual, grup-grup WA, FB, Messenger, Google Classroom, dan masih banyak lagi.
Sementara Bimtek yang sama untuk para siswa seluruhnya akan kita laksanakan pada tanggal 20 - 23 Juli 2020 secara berjenjang.
TE: Apa tanggapan dinas PKO selaku dinas teknis yang memayungi seluruh satuan pendidikan di Kabupaten Lembata.
Dinas PKO sangat mendukung inovasi sekolah. Apalagi inovasi yang berkaitan dengan pembelajaran di era covid 19 seperti saat ini. Dan kami sangat berterima kasih untuk semua dukungan moril yang sungguh luar biasa buat kami.
TE: Apakah inovasi hebat ini sudah disosialisasi hingga ke tingkat orang tua, pak Kespsek.
Seperti yang saya katakan tadi, bahwa sosialisasi skema pembelajaran di masa transisi covid 19 kita lakukan selama tiga hari, untuk setiap angkatan. Tanggal 13 Juli 2020 sosialisasi kita untuk orang tua kelas VII, tanggal 14 Juli untuk kelas VIII dan tanggal 15 Juli 2020 untuk orang tua/wali kelas IX.
Pada saat sosialisasi ini, tidak saja terkait regulasi, skema pembelajaran, protap covid 19 di areal sekolah, tetapi juga penjelasan tetang radio edukasi sebagai jawaban atas pertanyaan publik, bagaimana kiat kita menyukseskan BDR dalam masa transisi. Dan seluruh orang tua/wali siswa kita sangat mendukung ini.
TE: Terakhir, pak Kepsek. Tadi sempat disebutkan bahwa sebelum beroperasi, radio edukasi ini akan diresmikan. Seperti apa konsepnya,pak?
Setelah bertemu dengan Kadis PKO Kabupaten Lembata, konsep kita radio edukasi Spensa FM ini nantinya akan diresmikan oleh Bapak Bupati Lembata sendiri. Mengapa demikian, sebab kita ingin radio ini menjadi sebuah radio pendidikan yang bisa menjawabi semua keresahan publik tentang pembelajaran dari rumah dan semua persoalnnya. Barangkali, bapak Bupati Lembata mempunya harapan tersendiri atau konsep tersendiri tentang bagaimana radio edukasi ini bisa mengedukasi anak-anak didik di Lembata.
Demikian wawancara eksklusif TerasEdu.Com bersama Kepala SMP Negeri 1 Nubatukan, Melky Muda Making, S.Pd.
Profisiat untuk Spensa. Semoga inovasi radio edukasi yang luar biasa ini mampu menjawabi dan menyukseskan program Belajar Dari Rumah atau BDR bagi seluruh siswa dan guru-gurunya di masa mendatang.
(**nbp)
Tags
BERITA