YUSI WINDARI: INI PERTAMA DAN LUAR BIASA....SPENSA LUNCURKAN PERPUSTAKAAN DIGITAL

 

Yusi Windari, S.Pd, Kepala Perpustakaan Spensa Nubatukan, merupakan seorang guru hebat, kreatif, inovatif serta punya visi pengembangan yang luar biasa di bidang perpustakaan dan literasi sekolah. Betapa tidak? 

Yusi Windari, S.Pd (Ka. Perpustakaan Spensa)


Sejak dipercayakan oleh Kepala SMPN 1 Nubatukan (Spensa Nubatukan) untuk menahkodai Perpustakaan Sekolah, Yusi (panggilan.red) langsung membuktikan bahwa dirinya sungguh paham betul, bagaimana mendorong sekolah agar  mampu menjawabi perubahan dan tuntutan zaman, melalui pengembangan perpustakaan ideal. 

Menurutnya, perpustakaan sekolah adalah unit paling vital dalam sebuah satuan pendidikan. Bukan yang lain. Perpustakaan sekolah bukan ruang kelas pengganti, kentika sekolah harus menerima siswa melebihi kapasitas, di mana perpustakaan sekolah pun harus dirubah menjadi ruang belajar darurat.

 Perpustakaan sekolah juga bukan sekedar tumpukan buku-buku pelajaran yang dibelanjakan dari dana rutin sekolah. Perpustakaan sekolah, bukanlah fisik gedung pelengkap yang mesti harus ada dalam barisan site plan sekolah, namun manajemennya belum menunjukan skala prioritas  kebutuhan warga belajarnya.



Bagi seorang Yusi, perpustakaan sekolah adalah jantung atau rohnya sebuah satuan pendidikan. Kualitas dan kapasitas sebuah sekolah dan segala isinya, justru diukur dari seberapa besar dan hebatnya pengaruh perpustakaan sekolah membentuk pola warga belajarnya. 

Kemampuan literasi warga belajar satuan pendidikan, sangat dipengaruhi oleh seberapa baik sebuah perpustakaan sekolah didesain. Dalam hal ini,  desain bentuk (interior dan eksterior), koleksi perbukuan, ketersediaan akses informasi baik manual maupun digital, konektivitas antara perpustakaan sekolah dan perpustakaan daerah/nasional, hingga konsep digitalisasi merupakan hal penting yang mesti dipahami seorang kepala perpustakaan sekolah. 

Setelah melepaskan jabatannya yang lama sebagai Wakasek Kesiswaan, Yusi Windari dalam jabatan dan tanggungjawabnya yang baru sebagai Kepala Perpustakaan Spensa, langsung mengadakan perubahan dan pembaharuan secara besar-besaran. 

Secara ke dalam, perpustakaan Spensa Nubatukan mulai ditata dan dibuatkan pemodelan, dengan inovasi dan desain yang sangat beda dari sebelumnya. 



Warna interior ruangan dicat dengan warna-warna cerah guna meningkatkan efek pencahayaan. Rak-rak baca pun ditata rapih. Desain ruang baca publik dibuat lebih santai, di mana anak-anak membaca sambil duduk lesehan di atas karpet yang lembut. Meja-meja belajar dengan desain pendek dijejerkan guna memudahkan anak membaca sambil membuatkan risalah.  Desain teras ruangan perpustakaan yang dapat difungsikan menjadi pendopo literasi. Menyediakan mading publikasi buku dan risalah karya guru dan murid, hingga mendesain konsep perpustakaan digital yang mumpuni. Semuanya dirubah total guna menjawabi tuntutan zaman, modernisasi dan digitalisasi.


Perpustakaan Digital, Model Perpustakaan di era revolusi 4.0

Perpustakaan Spensa Nubatukan benar-benar dibuat beda oleh seorang Yusi Windari. Beliau mampu merubah konsep perpustakaan konvensional dan biasa-biasa saja, menjadi sebuah perpustakaan digital yang sangat luar biasa.

Menurut Yusi, inilah saatnya, Spensa Nuabtukan harus membuktikan dirinya menjadi sebuah sekolah unggul di tengah tuntutan revolusi 4.0 dalam masa pandemi, di mana digitalisasi adalah tuntutan utama semua program dan pengembangan sebuah sekolah. 

" Perpustakaan Spensa Nubatukan sudah masuk kategori perpustakaan di era 4.0 yakni perpustakaan digital. Ini prestasi, ini capaian dan ini membanggakan kita semua. Saya kira Spensa merupakan sebuah sekolah jenjang SMP yang sudah siap berada di era digitalisasi. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang. 

Dengan perpustakaan digital yang kita desain saat ini, segala sesuatu menjadi lebih mudah untuk diakses. Perpustakaan dan segala isi dalamnya yang berada di areal Spensa Nubatukan bisa di bawah ke rumah oleh seluruh siswa bahkan orang tua, maupun masyarakat. 

Melalui perpustakaan digital, anak bisa membuat pinjaman buku secara online. Anak bisa mengecek ketersediaan buku secara online.  Anak bisa membaca buku kapan dan di mana saja secara online, tanpa harus ke sekolah di tengah pandemi seperti sekarang. 

Anak bisa mencari tahu buku tertentu apa masih ada di perpustakaan atau sedang dalam peminjaman. Intinya, anak tidak harus masuk ruang perpustakaan jika tidak terlalu penting.

Segala sesuatu dapat diakses dari rumah atau di mana saja. Dalam kaitan dengan pandemi covid 19 yang belum juga berakhir, kita percaya desain perpustakaan digital adalah salah satu solusi mendapatkan akses perbukuan dan referensi belajar paling ideal," ujar Yusi.

Pernyatan seorang Yusi di atas memang sangat benar dan tepat, sebab ketika pandemi covid 19 menyerang, hampir 100% perpustakaan sekolah sampai saat ini, masih belum dibuka. 

Hal ini tentu sangat merugikan siswa, guru dan orang tua. Sebab mereka akan sangat bergantung pada situasi di mana layanan perpustakaan sebagai sumber dan jantung literasi warga belajar, baru bisa diakses secara manual, andai pandemi ini telah berakhir. Pertanyaannya, sampai kapan??

Perpustakaan digital adalah solusi utama dan merupakan jawaban atas semua keresahan dan kegelisahan publik. Apalagi di tengah situasi pandemi seperti sekarang.

Jangankan perpustakaan besar, perpustakaan-perpustakaan sekolah pun harus sudah masuk pada era dan sistem seperti ini. Digitalisasi perpustakaan sekolah adalah gerbang menuju percepatan informasi dan literasi warga belajarnya. Dan Spensa sudah masuk di dalam sistem ini.


Perpustakaan Spensa Sudah Punya NPP Perpusnas

Masih berbicara tentang seorang Yusi Windari,S.Pd, Kepala Perpustakaan Spensa Nubatukan yang sangat visioner. 

Ternyata satu lagi prestasi besar beliau yang sangat membanggakan adalah berhasil membawa perpustakaan Spensa hingga memiliki Nomor Pokok Perpustakaan yang langsung terdata pada sistem perpustakaan nasional. 

Bagi Yusi, ini salah satu mimpi besarnya yang telah menjadi nyata. Yusi melihat, adanya gab informasi atau ada space yang renggang antara kemampuan sekolah mengelola perpustakaan secara konvensional, dengan sistem perpustakaan pusat terkait keberadaan perpustakaan sekolah yang serba digital dan cepat.

" Bagaimana mungkin Jakarta bisa tahu, kalau di Spensa Nubatukan ada sebuah perpustakaan sekolah dengan koleksi buku sekian banyak? Model layanan perpustakaan sekian baik? Atau adakah penerapan digitalisasi perpustakaan seperti sekarang, kalau perpustakaannya sendiri tidak terdaftar di sana? (Perpusnas).

Saya kira segala sesuatu akan sia-sia. Kita akan mis di sini. Pusat (perpusnas) tidak akan tahu suka duka kita mengelola perpustakaan di daerah, apalagi di tingkat sekolah.

Tujuan utama saya adalah, perpustakaan Spensa mesti mempunyai Nomor Pokok Perpustakaan (NPP). 

Dengan memiliki NPP, perpustakaan kita sudah terdaftar resmi di perpusnas. Kita bisa mengudate rutin perkembangan perpustakaan kita langsung ke sana. Setidaknya mereka tahu, dan bukan tidak mungkin kalau mereka akan mengintervensi langsung segala kebutuhan perpustakaan di sekolah kita, " papar Yusi.

Dan memang benar, sebuah kebanggaan tersendiri ketika perpustakaan Spensa Nubatukan telah menerima NPP dari Perpusnas dengan nomor seri: 531305D1012262. 

Tentu harapan semua pihak, perpustakaan Spensa mampu membawa perubahan tersendiri bagi dirinya, dan juga memotivasi sekolah lain di Kabupaten Lembata agar segera merubah manajemen perpustakaan sekolah dari yang konvensional menuju perpustakaan digital dengan wajib memiliki NPP. (M3)



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama