(Dok. Para guru Spensa Nubatukan lagi bersantai setelah melaksanakan tiga hari bhakti persiapan ruang belajar siswa).
Seluruh guru dan pegawai Spensa Nubatukan giat melaksanakan tiga hari kerja bhakti persiapan lokasi sekolah menyambut pembelajaran tatap muka. Sebanyak 27 rombongan belajar disiapkan secara baik, sesuai amanat SKB 4 menteri dan Instruksi Bupati Lembata nomor 420 terkait pembelajaran di zona hijau. Di mana, khusus di zona hijau telah diijinkan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan peserta didik di sekolah, meski tetap wajib mematuhi ketentuan yang berlaku.
Kerja bhakti persiapan fisik sekolah jelang pembelajaran tatap muka merupakan salah satu dari sekian tuntutan regulatif lainnya yang harus disiapkan oleh sebuah satuan pendidikan pada daerah dengan kategori zona hijau. Kelas atau ruang belajar diatur sedemikian sesuai protap. Dalam sebuah kelas tersedia hanya 18 kursi dan meja siswa ditambah 1 kursi meja guru. Juga, harus diperhatikan tuntutan regulatif lainnya seperti jarak antara satu tempat duduk siswa dengan tempat duduk lainnya adalah 1-2 meter, sesuai luas ruang belajar.
Selain ruang belajar yang disiapkan, para guru dan pegawai Spensa Nubatukan juga melaksanakan kerja bjakti fisik lainnya seperti persiapan media cuci tangan siswa dalam bentuk pipa kran air secara paralel yang dijejerkan sepanjang lorong masuk sekolah. Pemasangab pipa jaringan air untuk media cuci tangan secara secara paralel ini dianggap sangat efektif dan efisien, mengingat jumlah warga belajar Spensa Nubatukan yang nyaris menembus angka 800an.
Wakasek Sarana/Prasarana Spensa Nubatukan, Muslimin Laibeteq,S.Pd menyatakan bahwa komitmen para guru dan pegawai untuk menyambut pembelajaran tatap muka sangat tinggi, mengingat sejak Maret lalu, baik guru maupun murid sama-sama merasakan kehilangan eksistensi.
" Kami sangat komit untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran tatap muka sesuai amanat SKB 4 menteri dan Instruksi Bupati Lembata di Spensa Nubatukan. Semuanya harus segera kami sesuaikan dan laksanakan secara cepat. Ruangan belajar anak harus benar-benar siap, higienitas lingkungan sekolah, media-media cuci tangan, alat penyemprot disinfectan, sampai hal sekecil apa pun harus kami siapkan sebelum memulai pembelajaran tatap muka nanti," ujar Muslimin.
Sementara itu, ditemui di ruangannya, Kepala Spensa Nubatukan, Melky Muda Making, S.Pd membenarkan hal senada. Menurut Melky, sebelum memulai pembelajaran tatap muka, banyak hal harus dipersiapkan terlebih dahulu.
" Banyak hal dituntut dari kita sebelum memulai pembelajaran tatap muka. Persiapan fisik harus sesuai standard protap covid -19 yang diatur dalam SKB 4 Menteri dan Instruksi Bupati Lembata. Kurikulum juga mesti disiapkan dan dibuatkan skemanya secara baik. Jelas ada perbedaan yang sangat signifikan antara belajar tatap muka sebelum dan selama covid-19. Jumlah jam pelajaran normal dikurangi hingga setingam ruangan belajar pun berubah.
Setelah itu, kita undang semua orang tua/wali murid datang ke sekolah untuk kita sosialisasikan,sekaligus penandatanganan surat pernyataan bersedia mengijinkan anak mereka belajar di sekolah di atas meterai 6000 tanpa diwakili oleh komite sekolah. Hal ini penting, sebab ke depan, tanggung jawab mengelola pembelajaran di masa covid-19 adalah tanggungjawab semua pihak, termasuk orang tua siswa.
Nah, setelah semua sudah disosialisasikan baru kita buatkan permohonan ke dinas teknis dalam hal ini dinas PKO dan dinas Kesehatan Kabupaten Lembata untuk turun melakukan penilaian fisik-administratif terkait apa yang telah kita kerjakan selama ini. Dan setelah itu, apabila hasil penilaian dan rekomendasi bagi kit dikatakan layak untuk memulai tatap muka, maka pasti kita akan laksanakan. Jadi prosesnya panjang dan tidak mudah. Butuh kerja keras, partisipasi, pengorbanan dan dukungan dari semua komponen pembelajaran," jelas Melky.
Dari sisi kurikulum, Spensa Nubatukan akan menerapakan dua skenario pembelajaran di masa zona hijau nantinya, yakni pembelajaran tatap muka dengan sistem shift dan juga pembelajaran melalui media radio Spensa FM, 99.9M.Hz. Kedua skenario ini, oleh manajemen Spensa Nubatukan telah dipersiapkan secara matang bagi segenap peserta didiknya.
" Bagi kami, Spensa Nubatukan termasuk salah satu sekolah yang sangat siap melaksanakan pembelajaran pada zona manapun. Kita telah belajar banyak dari kegagalan kita pada periode Maret-Juni lalu. Dan itu wajar, karena kita memang sama sekali tidak siap ketika covid 19 menyerang secara tiba-tiba kala itu. Tapi setelah itu, kita harus segera berbenah, berinovasi dan berkomitmen untuk selalu siap. Kita yakin, kita bisa. Kombinasi antara tatap muka dan siaran Radio Edukasi kita melalui Spensa FM, 99.9 M.Hz adalah bentuk kolaborasi program yang akan menolong anak-anak kita keluar dari persoalan BDR," tambah Melky.
Untuk diketahui, bahwa baru dua sekolah yang telah direkomendasikan baik untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka, yakni SMPS St. Pius X dan SMPS St. Don Bosco Lewoleba. Diharapkan, segera ada lagi sekolah-sekolah lain yang menyusul, sebagai jawaban atas amanat SKB 4 menteri dan instruksi Bupati Lembata. (M3)