KOMUNIKASI YANG JUJUR TURUT MEMBANTU HENTIKAN CELA CLUSTER BARU SEBARAN COVID-19 DI SEKOLAH

 

Gbr. Para orang tua/wali murid SPENSA NUBATUKAN ketika sedang mengikuti sosialisasi tentang pentingnya komunikasi yang jujur di tengah pandemi covid-19.


Sejauh manakah komunikasi yang jujur antar orang tua dan pihak sekolah harus dibangun? Seberapa intens komunikasi yang jujur harus terus terjaga guna mendukung aman dan nyamannya anak-anak dalam belajar di sekolah? Apa dampak terburuk andai komunikasi yang jujur antar orang tua dan pihak sekolah tidak berjalan baik atau bahkan diabaikan di masa pandemi seperti sekarang?

Tulisan singkat kali ini masih terkait pentingnya komunikasi antar semua komponen pendidikan, terutama antar para orang tua murid dan pihak sekolah. Tentu, yang ditekankan di sini adalah tentang 'komunikasi yang jujur'. 

Bahwa dengan diberlakukannya pembelajaran dengan sistem tatap muka (meskipun shift), respon publik masih saja  bervareatif. Masih banyak pihak yang menyangsikan pemberlakuan sistem belajar tatap muka di sekolah. Pasalnya, sekolah dianggap sebagai populasi paling rentan untuk menjadi cluster baru sebaran covid 19. 

Kecemasan ini tentu berdasar, sebab fakta telah membuktikan di beberapa daerah tertentu di tanah air yang telah memberlakukan belajar dengan tatap muka di kelas, harus ditutup kembali oleh otoritas daerah karena ada siswa maupun guru terkonfirmasi terpapar covid 19.

Sekolah dianggap rentan menjadi cluster baru sebaran covid 19, karena sangat sulit memantau kehidupan anak dan keluarganya di luar pagar sekolah. Sekolah tidak punya data bahkan alat ukur yang akurat untuk bisa membuat simpulan tentang kondisi kesehatan warga belajarnya setiap waktu di luar pagar sekolah.

 Apalagi terkait kehidupan sosial, pergaulan sosial, relasi sosial, personal hygine, serta sistem proteksi diri dan keluarga. Semua hal ini dianggap sangat sulit untuk diukur guna membuatkan sebuah kesimpulan yang 'aman' bagi siswa ketika datang ke sekolah. 

Di SMPN 1 Nubatukan (Spensa), Kabupaten Lembata, dengan jumlah peserta didik sebanyak 746 siswa (data Juli 2020), tentu sangat sulit memastikan kondisi kesehatan yang 'aman' bagi setiap siswa ketika datang ke sekolah guna mengikuti belajar tatap muka. Meskipun, sekolah telah menerapkan protap yang sangat ketat bagi seluruh warga belajarnya, mulai dari depan gerbang sekolah hingga ke dalam kelas. Namun demikian, kecemasan itu tetap saja masih ada.

Oleh karena itu, disamping pemberlakuan protap yang ketat, ikutannya harus berupa komunikasi yang jujur dari pihak orang tua. Komunikasi yang jujur menciptakan rasa nyaman bagi seluruh warga sekolah. Orang tua harus selalu jujur mengkomunikasikan perkembangan kesehatan anak di rumah, termasuk aktifitas sosialnya. 

Orang tua juga harus jujur untuk menginformasikan kepada pihak sekolah, kalau salah satu anggota keluarga intinya di dalam rumah, baru saja kembali dari daerah zona merah sebaran covid-19. Orang tua juga harus jujur menginformasikan kepada pihak sekolah, apabila di komunitas sosialnya ada keluarga-keluarga lain, yang baru saja kembali dari  daerah zona merah,  namun tidak jujur menginformasikan kondisi tersebut kepada pihak sekolah. Padahal, anaknya bersekolah di Spensa Nubatukan.

Di tengah pandemi seperti saat ini, kejujuran memberikan informasi dari orang tua (masyarakat) sangat dibutuhkan oleh pihak Sekolah. Harapan ini disampaikan langsung oleh kepala SMPN 1 Nubatukan, Melky Muda Making,S.Pd, ketika membawakan sosialisasi tentang skema belajar tatap muka dan segala konsekwensi yang harus dipatuhi bersama. Salah satu point yang paling ditekankan adalah senantiasa memberikan informasi yang jujur kepada pihak sekolah terkait kehidupan anak dan keluarga di rumah.

" Warga belajar kita sangat banyak. Protap kita sangat ketat. Dan di tingkat sekolah kita yakin, bahwa segala tuntutan yang dipersyaratkan dalam protokoler covid-19 telah kita penuhi.

 Namun, bagaimana dengan kehidupan anak dan keluarga di rumah? Saya sangat berharap, semua kita mesti jujur. Jujur memberikan segala informasi terkait anak ke sekolah. 

Kalau kita atau anggota keluarga inti dalam rumah kita, baru saja kembali dari daerah-daerah zona merah terpapar covid-19, mohon jujur mengkomunikasikan dengan kami di sekolah. Semua nomor handphone guru, mulai dari kepala sekolah hingga staff telah ada di tangan orang tua. Semua orang tua juga telah dimasukan ke dalam grup facebook, WA, baik secara kelas maupun sekolah. 

Apa tujuannya? Tentu tujuannya adalah mempermudah akses komunikasi antar orang tua di rumah dan kami di sekolah. Harus jujur. Karena komunikasi yang jujur, sangat menolong sekolah putuskan mata rantai sebaran covid-19. Terima kasih bagi para orang tua yang sudah selalu berkomunikasi baik dan jujur dengan pihak sekolah terkait hal ini. Semoga yang lain pun demikian,"ujar Melky. 

(M3)

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama